Mamaku adalah orang yang sangat baik,dari kecil dia bekerja keras untuk keluarga kita.dia bangun jam 5 pagi demi masak bubur untuk papa karena lambung papa tidak begitu baik jadi papa cuma bisa makan bubur.selain masak bubur,mama juga menanak nasi untuk aku yang masih dalam masalah pertumbuhan.sorenya mama pasti mengosok panci-panci rumah karena panci rumah kita punya fungsi lain sebagai kaca.malamnya,mama akan jongkok mengelap lantai rumah,bahyangkan lantai rumah kita bisa lebih bersih dari ranjang orang lain.
Tapi di mata papa,mama bukanlah pasangan hidup yang baik.sewaktu aku hidup bersama mereka,papa sudah berkali-kali berkata kalau dia kesepian dengan pernikanhannya dan tidak mendapatkan pengertian yang layak dia dapatkan.papaku orang yang sangat bertanggung jawab, tidak merokok,tidak minum-minum,dan sangat rajin berkerja,dia juga seorang ayah yang memeberi contoh yang baik untuk anak-anaknya.di mata kita anak-anak,jasa papa itu seluas angkasa.selalu menjaga kita mengajari kita untuk jadi orang yang berhasil kelak.
namun di mata mama,papa juga bukan pasangan yang baik.sewaktu aku hidup bersama mereka,aku sering melihat mama duduk di pojok perkarangan rumah dan diam-diam meneteskan air matanya.papa lebih dominan dengan perkataan sedangkan mama lebih dominan dengan perbuatannya untuk mengespresikan kesusahan mereka pada pernikan mereka,dan aku yang sedang beranjak dewasa bertanya-tanya pada diriku sendiri,"mengapa 2 orang baik tidak bisa menghasilkan pernikahan yang baik?"setelah aku masuk kedalam pernikahan,pelan-pelan kau mulai mengerti mengapa.
pada awal pernikahanku,aku mirip dengan mama,berkerja keras untuk rumah,menggosok panci,lantai,pokoknya mati-matian untuk pernikahanku.tetapi yang aneh adalah,aku tidak bahagia! aku lihat suamiku,dia juga sepertinya tidak bahagia!aku berpikir,apakah lantai kurang bersih?sayuran yang aku masak kurang enak?bagaimanapun aku berusaha membersihkan lantai dan memasak sayur yang enak,kami berdua tidak bahagia.
sampai pada suatu hari,pas ketika aku mengelap lantai,suamiku tiba-tiba berkata,"sayang,temani aku dengar lagu donk....",aku dengan emosinya marah,"lu ngggak lihat setengah lantai rumah belum dibersihkan?"
selesai mengucapkan kalimat ini,aku langsung termenung,kalimat yang tidak asing melayang-layang dalam naungku. di pernikahan orangtuaku, kalimat ini sering dilontarkan oleh mama ke papaku dan aku,sedang mengulang kisah hidup pernikahan orang tuaku di pernikahanku,tidak hanya itu,kami juga mengulang ketidak baghagiaan mereka.
äpa sih yang lu inginkan?", serentak aku hentikan pekerjaanku menanyakan pertanyaan tajam ke suamiku.Tiba-tiba aku juga teringat dengan papaku yang selalu mengeluh tidak mendapatkan perhatian dari mama dimana mama mengosok panci dari pada menemai papa.
cara hidup mama yang tidak berhenti berkerja adalah cara mencintai papa dan mempertahankan pernikahan mereka.aku,dengan latar belakang dan pendidikan yang maju,aku memilih untuk menjadi berbeda,aku berhenti melakukan pekerjaan ku,aku duduk menemai suamiku mendengarkan musik dan meilhat kain pel yang terletak di atas lantai,rasanya itu seperti melihat mama yang sedang mengepel.
aku menanyakan hal ini kepada suamiku,"sebenarnya apa sih yang lu perlukan?"
"aku cuma pengem ditemani istriku mendengarkan lagu kesukaanku,rumah mau sekotor apa juga terserah!jawab suamiku.äku pikir yang kamu perlukan itu rumah bersih,ada orang yang memasak dan mencuci baju buat kamu"tanyaku heran
ïtu nomor dua"la bagiku",tegas suamiku,"yang aku perlukan hanya kamu menemaniku seumur hidupku."jawabannya membuatku kaget,kami pun lanjut saling sharing,seketika itu barulah aku sadar,kita selalu menggunakan cara kita sendiri untuk mencintai pasangan kita,bukan cara pasanmgan kita.
Setiap orang berhak untuk mendapatkan pernikahan yang mereka inginkan,asalkan cara kita mencintai itu benar.buatlah "apa yang pasanganmu perlukan"bukan"apa yang bisa aku berikan",pernikahan bukanlah mengenai diri sendiri melainkan apa yang pasangan kita butuhkan.