Jika ditanya mengenai hal-hal yang kutakuti, maka jawabanku pertama kali adalah soal alam. Aku tidak takut alam, tapi aku takut akan kerusakan alam. Hal yang paling kutakutkan adalah makin banyaknya muncul manusia yang tidak peduli dengan alam.
Padahal, di zaman sekarang saja kerusakan alam sudah terasa, namun banyak manusia yang mengabaikannya. Mereka masih membuang sampah sembarangan, membakar hutan hingga tak bersisa, memburu hewan yang sudah mencapai titik hampir punah, dan akhirnya menyalahkan orang lain atas kerusakan alam yang mereka perbuat sendiri.
Ketahuilah, kesadaran manusia saat ini masih sangat minim mengenai alam. Jujur, aku bukan pecinta alam yang menanam pohon tiap bulannya, atau bagian dari WWF yang berkontribusi langsung dalam mencegah kepunahan hewan. Kalian juga tak harus masuk dalam anggota tersebut. Namun aku memiliki tekad, tekad untuk setidaknya tidak mengotori atau merusak alam.
Karena aku tahu, jika pembangunan beton besar-besaran, pembakaran hutan demi harta, atau pembunuhan hewan terus dipenuhi untuk hasrat manusia yang tak kunjung habisnya, dapat dipastikan dalam waktu dekat tak ada yang tersisa dari alam.
Akibatnya, manusia yang akan punah dengan sendirinya. Rantai makanan akan berantakan, alam gersang tak mampu memberi makanan, lalu siapa yang akan disalahkan? Hanya pemerintah? Tidak, itu semua kesalahan manusia – termasuk aku di dalamnya – yang ikut hidup di dunia, secara sadar tak sadar.
Hal kedua yang paling aku takuti di masa depan adalah dunia yang secara perlahan menuju pada kehancuran. Muncul banyak teroris, bahkan pemuda sudah direkrut. Membunuh serasa permainan, bunuh diri serasa mati jihad, dan perang dikata membela keberadaan hak.
Tidak ada kedamaian lagi di dalam hati manusia, hanya harta tahta kekuasaan. Bahkan sekarang, pulang saat hari masih terang saja takut. Jujur, aku tak berani membayangkan bagaimana aku hidup di masa depan nanti.
Hal ketiga, teknologi informasi yang berlebihan. Tidak, bukannya aku menolak perkembangan teknologi, justru senang. Dengan teknologi, suatu negara bisa semakin maju, begitu juga manusianya.
Namun, yang aku takutkan adalah penggunaan teknologi berkembang yang salah. Dari teknologi kita dapat belajar banyak hal. Tapi, apakah kita semua sudah cukup mampu untuk menyaring informasi yang diakses?
Tak dapat dipungkiri, teknologi memintarkan manusia yang mengaksesnya. Namun, bagai pisau bermata dua, kadang ada juga informasi negatif yang dapat "mencuci otak" penggunanya.
Tak jarang kita lihat di internet informasi mengenai bagaimana cara merakit bom, cara bunuh diri, membunuh, mencuri, dan masih banyak lagi. Akuilah, teknologi informasi yang maju belum diiringi dengan penyaringan yang tepat.
Maka, dari semua yang kujabarkan di atas, hal yang paling aku takutkan adalah hilangnya "kemanusiaan" di diri manusia karena uang, benda mati yang diciptakan manusia. Hingga akhirnya, bahkan aku sendiri takut hidup di masa depan karena tak ada lagi tersisa akal budi dan kasih sayang di hati manusia.